Survival Mode in A New Normal

Terjebak di dalam rumah selama berbulan-bulan membuat banyak orang mulai terbiasa untuk memasak dan mengkonsumsi makanan rumahan. Survival Mood adalah pilihan bijak dalam menghadapi new normal. Segala cara diupayakan untuk dapat bertahan hidup mulai dari mengatur keuangan keluarga, cara berbisnis yang baru, berinteraksi dengan sesama. Sekarang kita menemukan lebih banyak waktu di dapur dan menghemat pengeluaran dengan cara yang baik. Tren makan masakan rumahan akan terus bertahan setelah pandemi berakhir.

Studi Nielsen “COVID-19 Where Consumers are Heading?” menelusuri sentimen konsumen terhadap wabah virus corona, perubahan gaya hidup dan belanja. Di Indonesia, 46% konsumen mengurangi makan di luar, di sisi lain 49% menjadi lebih sering memasak di rumah. Tentunya daya beli masyarakat beralih, mereka tidak lagi mengutamakan brand dan lebih melihat ketersediaan produk dengan harga yang ekonomis. Di bidang pangan konsumen lebih memperhatikan makanan yang sehat dan higienis. Selain itu konsumen lebih mengedepankan rasa perduli pada sesama dengan mendukung petani dan nelayan lokal. Secara tidak langsung dengan mengkonsumsi produk dalam negeri maka perekonomian Indonesia akan meningkatkan secara perlahan.

Sehubungan mulai dibukanya berbagai sarana umum, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mematuhi prokotol kesehatan. Makanan dipersiapkan dengan cara yang lebih higienis dan telah dikemas dengan baik untuk menghindari potensi penyebaran virus. Salah satu efek samping positif dari pandemi ini adalah orang-orang lebih banyak meluangkan waktu untuk makan bersama keluarga di rumah. Berhubung punya waktu luang lebih banyak karena WFH jadi bisa mencoba resep-resep baru dari internet dan juga resep keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Secara tidak langsung keahlian memasak pun meningkat. Dulu tidak punya waktu untuk masuk dapur dan memasak. Sekarang semuanya bisa karena terpaksa dan keharusan menyediakan makanan untuk keluarga.

Ditengah masa pandemi muncul berbagai peluang usaha. Banyak pemasok makanan mengubah cara berjualan menjadi online. Harga dan layanan yang bersaing menjadi pembanding bagi konsumen. Selain itu makanan kaleng dan makanan beku menjadi pilihan konsumen. Ketersediaan makanan siap saji yang sudah dibekukan disukai konsumen sekarang ini terlebih bisa dikirim sampai keluar kota. Konsumen dipaksa berpikir ulang soal pilihan makanan dengan tidak mengorbankan kesehatan mereka.

Berikut ini ada berbagai saran dalam Survival Mode untuk menghadapi New Normal:

Berbelanja dengan bijak
Hindarilah belanja secara berlebihan yang akan berujung pada food wasting (pemborosan makanan). Economist Intelligence Unit mengungkapkan bahwa setelah Arab Saudi, Indonesia masuk peringkat ke-2 di dunia dalam kontribusi food waste. Setiap tahunnya setiap orang memboroskan 300 kg makanan!

Sebagai langkah awal buatlah menu mingguan yang akan menentukan seberapa banyak bahan makanan yang dibutuhkan. Memborong dan menimbun bahan makanan secara berlebihan dapat berujung pada food wasting. Disarankan berbelanja seminggu sekali karena bahan makanan lebih murah kalau beli dalam jumlah banyak. Sekarang banyak aplikasi yang mengantarkan bahan makanan secara gratis dengan berbagai promo menarik bila melakukan pembayaran secara cashless.

Menyimpan bahan makanan dengan baik
Pelajari cara penyimpanan bakan makanan yang baik supaya bahan makanan bisa lebih awet sebelum dimasak.

Memasak sendiri
Keterpaksaan bisa menjadi penyebab kenapa kita jadi masak sendiri. Mulailah dari memasak yang paling gampang, yaitu telur goreng. Seiring dengan bertambahnya memasak, kita akan terus mencoba sesuatu yang baru. Sekarang ini banyak sekali aplikasi untuk belajar masak salah satunya bisa dari youtube. Selama kita mau belajar tentu ada cara untuk mencoba dan terus berlatih.

Komunitas Memasak
Ada baiknya untuk bergabung dalam komunitas masak. Berbagi dapur kita untuk orang lain dan saling bertukaran makanan supaya ada variasi menu. Dengan makanan banyak hal positif yang dapat kita bagikan. Salah satunya adalah melalui hal ini kita bisa membagikan kabar baik tentang Yesus. Dimulai dari hal kecil seperti bertukaran makanan dalam komunitas, lama kelamaan ada banyak jiwa baru yang kita bawa pada Tuhan dalam New Normal ini.

Oleh Larisa Siladharma