Paling tidak ada tiga keuntungan ketika seseorang memiliki pandangan luas. Pertama, orang tersebut dapat melihat kelebihan serta kekurangannya. Dalam posisi demikian ia dapat mengambil kesempatan tepat untuk melakukan perbaikan. Dalam berusaha, bukan hanya fokus kepada keuntungan-keuntungan besar yang kadang bisa menjebak namun dia juga mampu mengantisipasi ancaman dan hambatan yang ada, yang mungkin akan merugikannya.
Kedua, memiliki pandangan luas memberikan kemampuan untuk dapat berelasi dengan kolega dengan lebih luwes. Dengan lebih meyakinkan dia dapat menyampaikan gagasan-gagasannya yang masuk akal sehingga mudah diterima. Dan pada akhirnya ia akan dapat memberikan andil yang signifikan dalam membangun timnya.
Selanjutnya, bagi mereka yang memiliki pandangan lebih luas, dia dapat membuat keputusan lebih unggul, cepat dan akurat. Dia dapat mengatur strategi yang lebih relevan terhadap zamannya. Timing (waktu) yang diambil akan lebih mulus untuk dijalankan. Bayangkan seorang driver yang sedang berkendaraan di jalan yang berbukit dan berliku. Betapa nyaman ketika di atasnya ada helikopter pemandu yang selalu memberi arahan, kapan waktu untuk mendahului dan kapan saat untuk bertahan. Pengendara ini akan lebih cepat, nyaman dan aman sampai ke tujuan.
Lebih jauh lagi, seorang yang berpandangan luas, dia akan melakukan aktifitasnya dengan lebih percaya diri. Dia tidak gamang dalam mengambil keputusan. Bahkan sikap demikian akan menular bagi orang sekitar. Ketika dia dapat melihat segala sesuatu dari berbagai arah, dia dapat memberikan respons lebih proporsional.
Berikut suatu anekdot terjadi. Seorang raja berpandangan sempit membuat kesimpulan yang menyengsarakan bangsanya. Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: “Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” (1 Raja-Raja 18:17). Tiga setengah tahun tidak ada hujan, kekeringan melanda dan tidak ada panen, dengan mudah ia menyalahkan Elia yang selalu menubuatkan yang tidak baik. Pandangan selfish seperti ini tidak akan membawa perbaikan, dan malah mendatangkan celaka.
Ketika seseorang menatap masalah terlalu dekat, acapkali dapat kehilangan big picture. Hal demikian sangat mempengaruhi kualitas solusi yang diambil. Jarak pandang terlalu dekat akan mengaburkan gambaran utuh. Sehingga tidak jarang seolah ia merasa berhadapan dengan tembok tebal yg tidak tertembus. Jalan buntu yang ia temukan. Ketika ia rela mundur sejenak, menjauhi “tembok”, maka akan muncul di kiri-kanan tampak ada jalan keluar yang memberi harapan.
Untuk mendapatkan bigger perspective, paling tidak ada dua cara yang kita dapat dilakukan; mundur sejenak atau naik terbang tinggi.
Mundur dalam arti berhenti sejenak dari segala aktifitas, berdiam dan mengevaluasi diri. Dalam keadaan demikian inspirasi demi inspirasi akan muncul. Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” (Yes. 30:15).
Habakuk mengambil sikap yang tepat dalam hal mengatasi kekusutan hidup pada zamannya. Tergambar dari Habakuk 1, ketika itu keadaan sosial masyarakat kacau-balau. Ketika hukum diputar-balikkan, penegakkan hukum jauh dari rasa keadilan, aparat dapat disuap, ia frustasi dan hampir putus asa.
Apa yang selanjutnya Habakuk lakukan? Dia mundur dari aktifitas hariannya, naik ke atas menara, suatu “tempat pengintaian” dimana ia dapat mengamati cakrawala yang lebih luas. Dengan tenang dan percaya ia menanti-nantikan apa yang Tuhan firmankan. Ia berdoa kepada Tuhan.
Habakuk telah mengambil keputusan jitu. Ia bisa mendapatkan gambaran secara menyeluruh dengan apa yang sedang dialami bangsanya. Ia tuangkan dalam kitab Habakuk 2. Dan pada akhirnya, dalam Habakuk 3 mulai ayat ke 17, ia dapat merasa damai ditengah kekacauan, dan tetap bergembira dan bersyukur kepada Tuhan.
Bagaimana anda memandang situasi saat ini? Antivirus COVID-19 belum ditemukan, dan kalau saat ini ditemukan, masih perlu waktu lama untuk pengujian, memproduksi dan mendistribusikannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah ini menimpa banyak segi kehidupan. Hampir semua orang, seantero dunia merasakan dampaknya. Kita tidak sendirian. Sedih dan prihatin, tentu, tapi yang lebih penting adalah what’s next. Adaptasi bagaimana yang pas untuk dilakukan menjadi penting sehingga tetap dapat bertahan terhadap keadaan. Bahkan saya berdoa, anda akan lebih maju dari sebelumnya karena mampu menarik suatu pelajaran dari apa yang sedang terjadi.
Oleh Ps. Agus