Parenting Corner: Mengurangi Stress Menghadapi Anak saat #dirumahaja

Hai parents, tanpa terasa sudah 2 bulan lebih anak-anak kita belajar di rumah saja. Mungkin sebagian orang tua sudah mulai terbiasa dengan situasi ini, walau sebagian lagi mungkin masih mengalami kesulitan dalam mendampingi anak. Lelah, kesal, marah, jenuh seringkali menghampiri kita sebagai orang tua. Wajar memang, karena saat ini kita tidak hanya harus menghadapi perubahan situasi ekonomi yang tidak terprediksi entah sampai kapan, tapi juga tiba-tiba harus mendampingi anak belajar di rumah.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua orang tua memiliki kesabaran yang cukup besar dalam mendampingi anak. Akibatnya seringkali kita sebagai orang tua tidak dapat menahan emosi pada anak saat mendampingi mereka belajar.

Orang tua tidak happy… anak-anak pun sama tidak happy nya dengan orang tua. Kalau dibiarkan berkepanjangan bisa menyebabkan stress bagi orang tua maupun anak. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi situasi ini?

Yuk coba beberapa tips berikut ini:

1. Kenali tahap perkembangan kemampuan berpikir (kognitif) anak anda

“Gitu aja gak bisaaa?!” mungkin ini adalah salah satu kalimat yang sering kita lontarkan pada anak saat mendampingi mereka belajar. Gemes banget ya saat menghadapi situasi demikian. Padahal perlu disadari, kemampuan berpikir anak tidak sama dengan kemampuan berpikir orang dewasa. Menurut Piaget, seorang ahli psikologi perkembangan, ada 4 tahap perkembangan otak manusia. Periode sensori motoric (usia 0-2 tahun), pra-operasional (usia 2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan terakhir adalah operasional formal (11 tahun-dewasa). Ada banyak referensi yang menjelaskan dengan lebih detail hal-hal apa saja yang berada di tiap-tiap tahapannya.

Inti dari studi ini adalah semakin muda usia seseorang, semakin sederhana kemampuan dan cara berpikirnya. Semakin dewasa seseorang, semakin kompleks kemampuan dan cara berpikirnya. Jadi kita sebagai orang tua tidak bisa memaksakan cara berpikir kita pada anak-anak. Mereka harus diberi penjelasan sesuai dengan kemampuan usia berpikir mereka saat itu. Harapannya, dengan mengenali kemampuan berpikir anak, orang tua bisa menyesuaikan “tuntutan” atau harapan terhadap masing-masing anak.

2. Ajak anak membuat jadwal kegiatan

Sebagian dari kita mungkin termasuk tipe orang spontan yang tidak suka dengan rutinitas yang cenderung membosankan. Tapi percayalah, membuat jadwal tetap untuk kegiatan sehari-hari adalah sesuatu yang sangat membantu dalam mendampingi anak sehingga kita juga bisa mempunyai “me time” yang efektif.

Ajak anak untuk membuat jadwal kegiatan bersama. Dengan melakukan ini, anak akan berlatih untuk disiplin dan menghargai waktu orang lain juga. Faktanya mungkin tidak selalu mulus berjalan sesuai dengan jadwal, tapi setidaknya jadwal akan memberi panduan dan memberikan rambu bagi anak dan kita untuk lebih disiplin dalam menggunakan waktu. 

3. Make it fun!!!

Pada akhirnya hal yang paling efektif dalam mempelajari sesuatu adalah saat perasaan kita lagi bahagia dan tidak tertekan. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa perasaan anak saat belajar berkorelasi dengan keberhasilan studi mereka. Jadi, carilah cara proses belajar yang paling efektif dan menyenangkan bagi anda dan anak anda. Salah satunya dengan mengenali tipe cara belajar anak.

Ada 3 tipe cara belajar, pertama adalah tipe visual yaitu tipe orang yang lebih menyukai belajar dengan cara melihat atau membaca. Kedua adalah tipe audio, tipe orang yang mudah menangkap materi pelajaran saat mendengarkan sesuatu. Terakhir adalah tipe kinestetik, yaitu tipe orang yang cenderung harus melakukan suatu aktivitas untuk menangkap materi belajar. Misalnya sambil bermain, menulis atau menggambar sesuatu. 

Demikian tips mendampingi anak-anak belajar di rumah selama masa PSBB ini. Harus diingat juga bahwa pekerjaan utama anak-anak adalah bermain. Anak belajar banyak hal dari segala pengalaman kegiatan yang mereka lakukan. Jadi jangan terlalu khawatir saat kita melihat anak-anak main terus. Hendaknya kita sebagai orang tua yang bantu mengarahkan mereka melakukan permainan atau aktivitas yang kaya pembelajaran. Permainan olah raga, permainan board game, memasak di dapur adalah beberapa contohnya . Yuk dicoba… Tetap semangat yah mommies and daddies. Gbu!

Ditulis oleh Margaretha Stefani, S. Psi