DYSFUNCTIONAL FAMILY: JEALOUSY, WHY?

Ada 2 orang bersaudara, kakak adik yang hendak memberikan persembahan kepada Tuannya. Si kakak yang adalah seorang petani membawa hasil dari pertaniannya. Sedangkan sang adik yang adalah seorang peternak membawa hasil pertama dan terbaik dari hewan ternaknya. Akan tetapi, Tuan mereka hanya menerima persembahan sang adik dan tidak memperdulikan persembahan si kakak. Hal ini membuat hati si kakak penuh dengan kemarahan dan kemudian ia memutuskan untuk menghabisi hidup sang adik.

Tentu cerita diatas sudah tidak asing bagi kita. Benar, cerita diatas adalah cerita mengenai kisah Kain dan Habel di dalam kitab Kejadian 4. Kisah yang tentu tidak kita harapkan terjadi di awal dari perjalanan kehidupan manusia di muka bumi. Tetapi, ini adalah dysfunctional family yang terjadi pertama kali dalam sejarah umat manusia yang tercatat dalam Alkitab. Apa sih “Dysfunctional Family” itu?

Dysfunctional family adalah keluarga yang tidak berfungsi secara normal, yang dimana di dalamnya seringkali terjadi konflik, pertengkaran, perlakuan negatif, perbandingan, hingga abuse, baik itu melibatkan kedua orang tua dengan anak, ataupun di antara anak-anak itu sendiri. Yang lebih menyedihkan ialah anak-anak yang tumbuh di dalam “Dysfunctional Family” menganggap bahwa situasi seperti itu adalah normal dan yang pada akhirnya mereka juga masuk dan membangun kehidupan keluarga yang seperti itu.

Apa penyebab dari dysfunctional family? Tidak ada keluarga yang sempurna dan kita tidak bisa memilih di keluarga mana kita ingin dilahirkan. Banyak penyebab dari tidak berfungsinya sebuah keluarga, entah itu karena tekanan ekonomi, riwayat keluarga yang menyebabkan lingkaran dysfunctional, kekerasan baik verbal maupun fisik, trauma masa kecil, perilaku negatif, hingga rasa iri hati atau ketidakpuasan.

Kisah Kain dan Habel (Kejadian 4) mengajarkan bahwa perasaan iri hati dapat membuat seseorang jatuh ke dalam dosa. Tidak hanya kisah Kain dan Habel saja, masih ada beberapa yang tercatat di dalam Alkitab, seperti kisah Yusuf dan saudara-saudaranya. Rasa iri bukan hanya bisa terjadi di dalam keluarga saja, tetapi bisa juga terjadi di mana saja, seperti kisah Raja Saul dengan Daud, bahkan orang Farisi dan ahli Taurat juga iri terhadap Yesus.

Apa perasaan iri hati itu? Suatu emosi yang timbul dari pikiran negatif dan perasaan takut, tidak aman maupun kegelisahan. Salah satu dari perasaan yang paling sulit untuk dikontrol didalam kehidupan kita setiap harinya. Mengapa rasa iri bisa terjadi? Karena menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain dan tidak bisa menerima jika orang lain mendapatkan yang lebih baik. Rasa iri bisa juga disebabkan oleh rendah diri atau citra diri yang buruk, maupun karakter yang buruk dan kesombongan. Dimasa sekarang ini, life style atau gaya hidup juga menjadi pemicu dari rasa iri hati, sehingga banyak menyebabkan keretakan dalam keluarga. Yakobus 3:16 dengan jelas mengatakan “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

Bagaimana cara mengalahkan rasa iri hati?

Belajar bersyukur di dalam segala hal.

Tidak perlu membandingkan kehidupan keluarga yang satu dengan yang lain. Tidak perlu membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Semua kita diciptakan sama dan menerima kasih yang sama dari Tuhan. Tuhan tidak membuat perbedaan.

1 Tes 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Belajar bersukacita atau senang ketika orang lain atau keluarga lain di berkati.

Tidak mudah untuk dilakukan, tetapi bisa. Minta kepada Tuhan untuk diberikan hikmat dan kekuatan untuk melakukannya.

Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.”

Belajar menerima diri sendiri.

Tidak perlu masuk dalam persaingan yang tidak sehat, karena setiap dari kita diciptakan unik oleh Tuhan. Tidak perlu iri akan keberhasilan maupun kelebihan yang lain. Karena Tuhan memberikan berkat yang cukup untuk setiap dari kita.

2 Kor 9:8 “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”

Tidak mudah untuk melawan rasa iri yang timbul, tetapi bukan tidak bisa. Tuhan mengetahui itu semua, karena itulah Dia mau datang ke dunia ini dan mati bagi kita semua. Agar kita diselamatkan dan mengalami perubahan di dalam hidup kita. Karena itu, jangan katakan Anda tidak bisa dan menyerah. (YenniJo)

“Jealousy Only Eats Up Your Beauty. Have More Faith In Yourself, You Got Something That Other People Don’t.” – unknown