Identitas atau jati diri merupakan bagian penting dalam kehidupan kita. Karena identitas akan mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan bahkan dalam mengambil keputusan yang penting. Namun, seringkali kita lupa jati diri kita sebenarnya ketika berhadapan dengan tekanan, pergumulan ataupun tantangan yang ada. Sehingga kita cenderung berpikir bahwa tindakan atau apapun yang kita kerjakan dan perankan adalah jati diri kita sebenarnya. Mari sama-sama kita belajar!
Sebagai contohnya; mengenai ikan, karena dirinya adalah ikan maka bisa berenang, namun bukan berarti semua yang bisa berenang adalah ikan. Sama halnya dengan burung, karena dirinya adalah burung maka bisa terbang, namun perlu disadari bahwa tidak semua yang bisa terbang adalah burung.
Jadi identitas kita menentukan cara berpikir, bertindak dan mengambil keputusan. Bukan sebaliknya, tindakan atau cara berpikir kita yang menentukan identitas kita. Jadi apa sih identitas diri kita sebenarnya di hadapan Tuhan? 1 Petrus 2:9, menyatakan dengan jelas, yaitu:
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang- Nya yang ajaib: (1Petrus 2:9)
- Pilihan Tuhan
Sadar atau tidak, bahwa identitas kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan bukan karena kemampuan atau kehebatan kita, namun karena Tuhan mengasihi kita. Dengan jelas di dalam kitab Yohanes 15:16 mengatakan bahwa Allah memilih kita:
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Namun bukan hanya sekedar dipilih, akan tetapi juga untuk menghasilkan buah atau menjadi orang-orang pilihan Tuhan yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan orang lain.
- Imamat Rajani
Identitas kedua yaitu Imamat Rajani, artinya di dalam Kristus kita diangkat menjadi Anak Allah yang diberikan kuasa dan otoritas. Bahkan Imamat Rajani juga berbicara mengenai keimaman orang percaya yang memiliki akses khusus kepada Allah dan menjadi mediator atau jembatan yang menghubungkan atau mengkoneksikan orang lain kepada Tuhan.
- Dikuduskan Tuhan
Identitas ketiga adalah kita orang yang dikuduskan oleh Darah Yesus, sehingga melayakkan kita untuk bisa datang kepada Tuhan. Dan kekudusan disini bukan dinilai dengan bentuk cara berpakaian, gaya rambut atau musik tertentu, tapi lebih ke masalah hati yang paling utama. Karena jika hati kita kudus akan menghasilkan gaya hidup yang kudus pula.
Holiness of Heart Produces A Holy Lifestyle
1 Petrus 1:15-16 menyampaikan :
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus
Sesudah dikuduskan oleh Darah Yesus, maka kita diajak untuk hidup di dalam kekudusan. Pertanyaannya bagaimana kita bisa hidup sebagai orang-orang yang dikuduskan Tuhan? Yaitu dengan hidup menyadari bahwa kita sudah diampuni oleh Tuhan secara penuh (1 Korintus 7:23) dan kita diterima oleh Allah apa adanya (Ulangan 7:6). Karena itu, jangan lagi mencari penerimaan dari manusia tapi terimalah kasihNya atas kita.
- Kepunyaan Tuhan
Identitas kita yang terakhir dengan jelas mengatakan bahwa kita adalah MILIK ALLAH, artinya hidup kita bukan milik kita sendiri lagi melainkan milik Tuhan. Karena itu tidak heran jika Rasul Paulus menyampaikannya kepada jemaat Galatia bahwa hidupnya adalah milik Kristus.
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Gal 2:20)
Untuk itulah Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya untuk berdoa dengan memanggil Tuhan sebagai Bapa, yang mana agar kita memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Kalau kita sebagai orang tua memperhatikan dan memperdulikan anak-anak kita, maka ketika Tuhan mau kita memanggilNya sebagai Bapa. Tuhan mau kita mengalami Dia sebagai Bapa yang mengasihi, memperhatikan dan bahkan menaruh pengharapan dan belajar bergantung kepadaNya.
Dengan keempat identitas yang Tuhan berikan kepada kita, bukan hanya kita belajar untuk menyadari siapa jati diri kita yang sebenarnya, tetapi juga kita memiliki tugas dan panggilan untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar yang kita alami bersama Tuhan kepada orang-orang lain melalui hidup kita, sehingga mereka yang di dalam gelap bisa mendapatkan terang Tuhan yang ajaib. Karena itu, marilah kita beritakan kabar baik tentang Tuhan kita!
How Beautiful Are The Feet of Those Who Bring Good News!
Oleh Ps Jonathan Kasmin