A Friend in My Struggle

Hari itu, perasaanku dipenuhi oleh rasa kesal dan lelah akan apa yang telah terjadi di rumah dengan ketiga anakku. #dirumahaaja setelah enam puluh hari lebih membuat aku kehilangan rasa akan nikmatnya hidup bersama anak- anak. Mereka terlihat lebih sering bertengkar dengan adik dan kakaknya. Mereka lebih sulit untuk tidak menggunakan gadget. Karena bosan di rumah saja, seringkali anak – anak menjadi bosan dan menjadi lebih mudah bertingkah tidak menyenangkan.

Anak – anak yang biasanya selalu di sekolah pada jam 8 pagi sampai jam 3 sore, sekarang 24 jam sehari, 7 sehari seminggu bersama dengan aku. Dulu mereka di sekolah, ingin rasanya mereka cepat pulang. Namun sekarang dengan 24/7 bersama mereka, rasanya ingin mencari tempat untuk menyendiri.

Dengan segala pekerjaan yang dilakukan di rumah, #kerjadarirumah, #sekoladarirumah, #belanjadarirumah, #meetingdarirumah, sudah mencampuradukan jam dan kegiatan dalam 1 hari. Belum lagi ketakutan akan masalah pekerjaan dan keuangan jika pandemik ini tidak selesai dalam waktu singkat.

Dalam kelelahan itu, seperti pertanyaan semua orang, tersirat tanda tanya besar akan kapan kah pandemi ini akan berakhir? Supaya hidup kami semua bisa kembali pada keadaan normal kembali. Doaku, “Tuhan, tolong kami selama dalam masa sulit ini dan semoga virus ini cepat berlalu.”

Belum aku mendapat jawaban dari pertanyaan dari kegalauanku, tiba- tiba masuk pesan di hapeku.
A: Halo sis. Apa kabar kamu?
Me: Halo sis. Kabar baik. Gimana kabarmu?
A: Tolong doakan aku, kemarin suamiku dipanggil ke kantor kepolisian dan harus ditahan sementara 😭
Me: hah ‽ kenapa ‽😭😭

Beberapa hari kemudian aku mendapatkan pesan lain dari orang yang berbeda
B: Gue ngga sanggup hidup gini terus. Ga ada orang yang peduli
Me: why?
B: Ngga ada yang bisa ngertiin gue. Sampe akhirnya gue gak tahan &  minum obat X sebanyak -banyaknya so that I would die. Tapi cuma semutan 1 hari & besok nya normal lagi. Btw, this is the 2nd attempt. Yg pertama jg gagal.
Me: 😭😭😭😭😭
B: tp gue tau, Tuhan masih mau gue tetep hidup.
Me: so true.. don’t ever ever try it again🤗😢🙏

Pesan singkat lainnya,
C: anak-anakku sudah 3 bulan belum bayar uang sekolah karena kami tidak punya cukup biaya. Kamu tau ga ada perusahaan yang kasih semacam beasiswa?
Me: Sejauh ini aku belum pernah tau yahh…
C: anak-anakku bisa putus sekolah kalau belum bisa bayar bulan depan.

Di kala menjawab pesan pesan singkat yg masuk, ada suatu suara yg mengingatkan bahwa aku bukan satu-satu nya orang yang sedang bergumul dan berusaha keluar dari keadaan pandemi ini. Aku punya pergumulanku dan tebak! Orang lain pun mempunyai pergumulan sendiri and the struggle is real.

Bukan hal mudah yang harus dilewati jika harus menerima kenyataan ketika suami harus ditahan. Sebagai istri pasti ada rasa sedih, takut dan kecewa, tapi di satu sisi harus kuat dan tetap berjuang untuk anak- anak & suami. 

Apa yg aku alami mungkin tidak sebanding dengan keadaan temanku ini. Dalam hati aku hanya bisa berkata, seharusnya aku tidak usah kesal dengan situasi di rumah yang terjadi beberapa hari lalu karena pada kenyataannya apa yang terjadi di rumahku masih bisa diatasi jika aku bisa menghadapinya dengan sabar dan mata tertuju pada Tuhan.

Tuhan sebenarnya sudah kirimkan orang – orang yang membutuhkan secercah kata- kata harapan dan doa dan pengharapan di dalam Dia. Kenapa mereka bisa cerita begitu terbuka kepadaku?

Mungkin ada maksud dan tujuan lain dibalik semuanya ini. Suatu kehormatan jika bisa berdoa untuk mereka yang membutuhkan kekuatan ketika mereka tidak bisa menjalaninya sendiri. Seperti tertulis dalam Amsal 17:17 “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”

Mungkin salah satu yang bisa aku lakukan dimasa sulit ini adalah menjadi teman bagi mereka yang sedang lemah, patah semangat, dan kehilangan harapan. Seiring aku sendiri melewati pergumulanku sendiri, masih ada teman – teman di sekeliling aku yang Tuhan sudah tempatkan dan kirimkan untuk aku doakan dan aku kasihi.

Aku percaya Tuhan mau aku untuk tidak terfokus hanya pada diri sendiri dan masalah – masalahku tapi keluar dari dunia kecilku untuk menebarkan kasih dan kekutan karena dengan begitu aku juga akan menjadi kuat kembali.

“Therefore encourage one another and build one another up, just as you are doing”

1 Thessalonians 5:11

Sebuah cerita oleh Sylvia Santosa