Proverbs 31:25: “She is clothed with strength and dignity; she can laugh at the days to come.”
10 Mei lalu adalah peringatan Hari Ibu dan tentu saja, banyak dan tentu saja, banyak yang membagikan rasa syukurnya terhadap ibunda mereka dengan melakukan sesuatu atau dengan kata-kata cinta. Tahukah bahwa bulan Mei juga adalah bulan untuk memperingati World Mental Health Awareness? Maka pada kesempatan ini, saya mau mengingatkan bahwa, Mama juga manusia dan tidak harus menjadi supermom setiap saat.
Mama juga manusia dan membutuhkan ruang bagi dirinya. Ketika bersedih, Mama boleh kok berdiam di kamar, mengambil jarak, dan menenangkan diri. Dan itu bukan berarti Mama menghindari masalah. Justru Mama telah menjadi sosok seorang manusia yang memiliki emosi. Dengan mengambil jarak, Mama telah memberikan contoh bagi anak bagaimana mengatasi emosi secara sehat daripada lalu membludak dan dilampiaskan pada anak.
Mama juga manusia, bisa senang, marah, sedih, kecewa, takut dan jijik. Biarkan sang anak mengetahui nya. Menjelaskan emosi diri ke anak tidak lantas menjadikan sosok Mama menjadi lemah di mata anak. Justru kemampuan mengungkapkan emosi itu membuat anak semakin mengenal pribadi Mamanya dan dengan demikian membantu membangun kemampuan sosialnya.
Tak mengapa jika Mama sedang tidak ingin untuk menjelaskan kepada anaknya. Sama seperti anak yang tidak mau dipaksa bercerita, Mama juga tidak harus cerita saat memang belum siap. Yang anak butuhkan adalah kejelasan agar mereka belajar apa yang terjadi dengan Mama nya dan menghindari salah paham. Mungkin anak tidak mengerti masalah sepenuhnya, tapi mereka mendengar kok, dan mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk mengerti emosimu.
Mama juga manusia, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mama juga tidak bisa selalu menghadirkan kondisi yang ideal; bisa kelepasan marah atau tidak mengikuti aturan yang telah dibuat. Mengaku salah dan meminta maaf serta menjelaskan alasan berperilaku demikian, akan membangun empati dan kepercayaan diri anak dikemudian hari dan belajar bahwa it’s okay to admit your fault and say sorry.
Mama juga manusia dan memiliki kebutuhannya sendiri. Apa yang membuat dirimu nyaman dan apa yang sedang kamu butuhkan, tidak apa-apa untuk mengatakannya kepada anakmu. Hal itu tidak menjadikanmu kurang dewasa untuk menjadi sosok yang melindungi. Kalau Mama butuh dipeluk, ungkapkanlah itu. Kalau Mama butuh istirahat, ungkapkanlah itu. Mama tidak harus selalu mengikuti keinginan anak, sama seperti manusia lainnya diluar sana tidak harus selalu mengikuti keinginan kita.
Mama juga manusia, tidak melulu harus berkorban dan memberikan kasih sayang. Mama pun butuh kasih sayang. Russel A Barkley, seorang psikologis klinis, mengatakan bahwa anak yang paling membutuhkan kasih sayang akan memintanya dengan cara yang paling sulit untuk dikasihi.
Sebenarnya, seorang Mama pun tidak jauh berbeda dengan seorang anak, karena kita sama-sama manusia. Jangan terlalu menyalahkan diri kalau pernah bersikap menyebalkan hanya karena ingin mendapat perhatian, karena Mama juga manusia. Mengungkapkan kebutuhan pribadi tidak menjadikanmu sosok yang egois.
“Orang tua yang mengatakan perasaanya telah memanusiakan seorang anak yang memiliki kemampuan emosional dan memahami perasaan dirinya serta orang lain” – Dan Siegel
Pada akhirnya, Mama adalah sosok yang luar biasa bagi anak. Sosok yang lembut namun kuat dan cintanya lebih besar dari apapun juga.
Isaiah 66:13: “As one whom his mother comforts, so I will comfort you.” Happy Mother’s Day!
Ditulis oleh Meilinda Sadikin, Therapeutic Play & CBT Practitioner