KETANGGUHAN MENTAL

Ketangguhan mental terdengar seperti hal yang diajarkan dalam pelatihan militer. Namun, tidak hanya ketangguhan mental dibutuhkan oleh mereka yang melindungi negara kita, tapi bagi kita juga pengikut Kristus.

Jika begitu, ketangguhan mental seperti apakah yang harus kita miliki?

Ada ketangguhan mental yang mengabaikan hal-hal sulit, atau bangkit dari ketidak-mengertian secara menyeluruh mengenai permasalahan atau tantangan yang hadir di hadapan kita;“Don’t worry, be happy!”.  

Tidak demikian untuk orang Kristen. Sebagai orang Kristen kita harus realistis. Kita sudah mengerti bahwa Iblis berjalan berkeliling mencari mangsa (1 Petrus 5:8).

Kita juga tahu bahwa cobaan dan hari-hari yang berat akan datang di dalam hidup ini:

“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.” 1 Petrus 4: 12

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Yakobus 1:12

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Korintus 10:13

Ketahanan mental bagi seorang Kristen memerlukan penilaian yang cermat akan segala resiko yang dihadapi.

Adalagi ketangguhan mental yang melibatkan arogansi.

Keyakinan bahwa diri kita memiliki mental baja tahan peluru dan terpaan masalah; penuh kepercayaan diri yang menyala-nyala. Tidak sadar akan kekurangan diri dan kelemahan kita sebagai manusia. Sebagai orang Kristen kita sadar bahwa kita masih hidup dalam dosa, bahwa akan ada saat dimana kita akan gagal, dan akan menemui masalah diluar kemampuan dan  segala resources yang kita miliki. Padahal, segala hambatan, tantangan, dan kesulitan yang kita alami adalah salah satu hal berharga yang Tuhan berikan untuk memurnikan diri kita. (1 Petrus 1:6-7, 2 Kor 4:17-18)

“Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” 1 Petrus 1:6-7

“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 2 Korintus 4:17-18

Ketahanan mental bagi seorang Kristen memerlukan penilaian yang cermat akan segala kekurangan yang kita miliki. 

Sungguh suatu tantangan bagi pengikut Kristus untuk memiliki ketangguhan mental dengan cara yang berbeda dari dunia ini. Ketangguhan dunia melibatkan kita untuk menggali kekuatan dari dalam diri, melihat kedalam diri kita sendiri dan memperkuatnya. Namun, kita diminta untuk melakukan hal yang sebaliknya. Yaitu untuk melepaskan ego kita sendiri dan percaya, bukan pada diri kita sendiri, melainkan kepada Yesus.

Ketangguhan mental yang berawal dari keyakinan penuh bahwa tidak ada hal di dunia ini yang dapat melepaskan diri kita dari cinta kasih Tuhan Yesus (Roma 8:35-39), bahwa kasihNya cukup untuk segala situasi (2 Korintus 12:9), dan bahwa kehendakNya adalah baik dan sempurna (Roma 12:2)

Ketangguhan mental seperti ini tidak menjadikan kita kebal terhadap burnout atau depresi, ataupun memampukan kita untuk melalui hidup tanpa tantangan dan kegagalan. Namun, ketangguhan mental yang dimiliki seorang Kristen memampukan kita untuk terus berjalan dan berkata seperti tertulis di Mazmur 62:2-3

Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. 

Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 

-Ivan-