Pengguna Whatsapp terbesar di dunia adalah negara India dengan kurang lebih 390 juta pengguna. Dengan jumlah pengguna sebesar ini berita apapun yang di-share di 1 grup WA akan langsung tersebar dengan cepat ke semua pengguna.
Pada tahun 2017, ada berita di India yang tersebar sangat cepat di antara pengguna Whatsapp, berita tentang penculikan anak. Orangtua yang kuatir saling berbagi berita ini untuk memperingatkan orang tua lain dan berbagai grup saling mem-forward beritanya. Di beberapa daerah, berita penculikan anak ini membuat orang jadi panik dan mudah curiga.
Yang awalnya curiga jadi menuduh dan yang awalnya menuduh jadi menghakimi dan hukuman langsung dijatuhkan. Sepanjang 2017 – 2020 paling sedikit ada 20 korban jiwa yang dihakimi secara massal oleh penduduk India karena dicurigai sebagai penculik. Berita penculikan yang kemudian dikonfirmasi sebagai berita bohong/hoax ini terus menyebar dengan berbagai variasi, mulai dari penculik anak sampai penjualan organ tubuh.
Berita hoax menjadi masalah tentu saja bukan di India, tapi juga di Indonesia. Mulai dari hoax politik sampai hoax kesehatan bertebaran di grup-grup WA.
Di bawah ini ada beberapa tips yang bisa dipakai untuk membedakan berita hoax atau bukan.
- Ada beberapa website lokal yang khusus membahas hoax yang beredar dan juga menyelidiki kebenarannya. Yang paling terkenal salah satunya adalah turnbackhoax.id. Saat menerima share berita dari WA ada baiknya di cek dulu di turnbackhoax.id.
- Bagaimana kalau berita yang dishare belum atau tidak ada di turnbackhoax.id? Waktunya menggunakan google search untuk mengecek hoax tidaknya. Search di Google judul berita yang dishare ke kita. Bisa juga search berdasarkan kata kunci atau tokoh kunci yang ada di berita. Misal, beritanya “ Minggu depan akan ada gempa besar di Bandung berdasarkan riset Professor Ochanomizu dari Universitas Tokyo”. Kita bisa search di google [gempa + bandung + 2021] atau [gempa + ochanomizu + bandung]. Dari hasil search, coba cek apakah ada sumber berita terpercaya yang juga memberitakan hal yang sama, minimal 3 sumber berbeda.
- Cek apakah isi berita di 3 sumber itu sama persis penulisannya atau tidak. Kalau sama persis penulisannya, berita ini patut diselidiki lebih jauh.
- Sumber berita terpercaya itu seperti apa? Indikasi paling gampang, cek di bagian Tentang Kami/About atau Hubungi kami/Contact apakah ada alamat kantornya. Sumber berita yang menyertakan alamat jelas bisa dikatakan terpercaya karena itu berarti paling tidak mereka bisa didatangi untuk dimintai pertanggungan jawab jika berita yang mereka muat adalah hoax. Blog, akun facebook atau instagram tanpa alamat jelas sebaiknya di lewat saja. Bagaimana kalau alamatnya palsu? Masukkan alamatnya ke Google Map dan kalau ada Street View-nya bisa dicek apakah benar di alamat tersebut ada kantornya. (turnbackhoax.id tidak mempunyai alamat di websitenya tapi organisasi pengelolanya yaitu Mafindo punya alamat di websitenya mafindo.or.id. Sayangnya alamat ini tidak bisa diverifikasi Street View tapi website turnbackhoax.id ini sendiri didukung oleh Kominfo)
- Kita juga bisa search nama tokoh yang disebut dalam berita untuk mengecek apakah tokoh itu benar ada dan apakah bidang keahliannya sesuai. Berdasarkan contoh diatas, kita bisa search [Professor Ochanomizu] di google dan ternyata dia “ada” tapi bidang keahliannya robotik. Berdasarkan ini, kemungkinan besar berita gempa itu hoax
- Untuk berita obat manjur, cara paling mudah adalah tanya ke orang yang memang ahli di bidang medis/farmasi. Cara sulitnya? Cek kandungan obatnya, cari jurnal ilmiah yang membuktikan kalau memang obat tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang diberitakan.
Jangan percaya semua berita yang di-share ke WA kita itu benar, siapapun yang nge-share-nya. Biarpun yang nge-share itu sepupu Pendeta A, atau teman komsel B, atau menantu adik tiri C, jangan anggap berita itu pasti benar. Kenapa? Karena kemungkinan besar mereka juga men-share berita tanpa memverifikasi kebenarannya.
Jangan share berita yang kita sendiri tidak tahu benar atau tidaknya. Bagi saya, apa yang saya ucapkan/share di WA itu sama dengan ucapan yang keluar dari mulut yang berarti harus saya jaga dan saya harus bertanggung jawab atasnya.
Saya tidak bisa memakai alasan “Yang nge-share itu “orang penting” loh. Masa dia bohong?”. Soal yang nge-share itu bohong atau tidak itu tanggung jawabnya sendiri, tapi tanggung jawab saya adalah memastikan saya sendiri tidak menyebarkan kebohongan.
Jangan berpikir kalau berita bohong itu tidak ada efeknya atau share berita itu perbuatan baik karena mengingatkan/memberi informasi untuk orang lain. 20 orang yang meninggal di India, mereka meninggal karena ada ribuan tangan yang mengklik ”Forward to” dengan tujuan yang menurut mereka baik. Tapi niat baik tanpa disertai hikmat untuk cek & ricek itu yang berakibat 20 anak/ayah/ibu/suami/istri tidak bisa pulang lagi ke keluarganya.
Jaman dulu kita menjaga lidah.
Jaman sekarang? Jaga jari.
Oleh Ming Fat