FROM THE INSIDE

Memimpin diri sendiri adalah kepemimpinan yang paling sulit. Saya sering mendengar pernyataan itu dikeluarkan oleh guru, pendeta, motivator, penulis buku, bahkan teman. Saya juga setuju dengan pernyataan itu, dan bukan itu yang saya permasalahkan, tetapi pernyataan tadi memberikan sebuah stigma bahwa memimpin diri sendiri adalah sesuatu yang sulit dan hampir mustahil dilakukan seolah-olah kita ini adalah makhluk yang tidak memiliki akal budi sehingga tidak mampu memimpin diri sendiri.

Maksud saya adalah kepemimpinan muncul saat sebuah keputusan perlu diambil. Mari kita pikirkan sejenak, semua orang, saya ulangi, SEMUA ORANG akan menjadi pemimpin bagi kehidupannya sendiri cepat atau lambat. Ada yang menjadi pemimpin sejak masa balitanya, ada yang menjadi pemimpin saat menikah.

Tidak menjadi masalah kapan kita menjadi pemimpin, tetapi menjadi sebuah tugas bagi kita semua untuk menciptakan sebuah generasi yang mampu memimpin dirinya sendiri sesuai dengan perkembangan akal budinya. Menjadi tugas gereja, gereja dalam konteks Tubuh Kristus untuk mendidik, menasehati, memberikan contoh kepada generasi mendatang tentang bagaimana mengambil keputusan untuk dirinya sendiri bukanlah sebuah hal yang sulit.

Memimpin bukanlah sebuah tugas yang sulit, tidak mudah memang, tapi tidak sulit. Let’s put it this way, kita tidak pernah dituntut untuk memimpin sesuatu yang di luar kapasitas kita. Kita diberi waktu untuk mempelajari kepemimpinan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri. Coba pikirkan, apakah kita pernah diminta untuk mengambil keputusan dalam keluarga saat umur kita 5 tahun? Tentu tidak.

Tuhan juga memberikan kita waktu untuk kita belajar bukan?

Memberikan kita kesempatan untuk kita membuat kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan, baik besar maupun kecil. Dalam Firman-Nya di kitab Roma 12 ayat yang ke dua, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Ada pembaharuan budi atau pikiran dari setiap pengambilan keputusan yang kita buat, baik itu tepat ataupun kurang tepat. Ada kesempatan untuk belajar dari pengalaman itu sehingga kita bisa membedakan manakah kehendak Allah (dan kehendak diri kita atau ego kita). Singkatnya adalah ada TAHAPAN yang Tuhan berikan pada kita untuk kita bisa belajar dari masa lalu dan memperbaiki masa depan. Dari pengalaman, kita mendapatkan sebuah pola yang suatu saat nanti akan disempurnakan oleh anak dan cucu kita, kalau kita mewariskannya.

Kita perlu mewariskan bagaimana dahulu kita belajar mengambil keputusan dan bertanggung jawab akan konsekuensi keputusan itu. Adalah bijak untuk tidak selalu mengambil keputusan dalam kehidupan orang lain (terutama anak-anak kita) walaupun maksud dibalik itu semua adalah baik. Kebiasaan mengambil keputusan untuk orang lain inilah yang kemudian menciptakan landasan bagi paham : memimpin diri sendiri itu adalah jenis kepemimpinan yang paling sulit.

Tema kita bulan ini adalah leading inside out, memimpin dari dalam keluar. Apa yang kita biasakan sehari-hari akan terlihat dan berdampak keluar dari diri kita. Memimpin memang tidak hanya sekedar mengambil keputusan. Ada banyak aspek lain yang kita perlu bangun dalam kepemimpinan, bagi saya pribadi, pengambilan keputusan adalah value yang paling penting dalam kepemimpinan. Jika kita ingin menjadi pemimpin yang baik, yang berdampak, maka bersiaplah untuk pengambilan keputusan kita dilihat dan dinilai oleh banyak orang.

Kita mungkin tidak selalu mengambil keputusan yang tepat, tetapi jika kita terus melatih diri kita untuk berubah menurut pembaharuan pikiran, maka keputusan-keputusan kita akan menjadi keputusan yang lebih baik.

Tidak sulit untuk memimpin, mulailah berlatih dengan memutuskan makan apa siang ini, lanjutkan dengan memutuskan kebiasaan baru apa yang harus dibangun tahun ini, lanjutkan lagi dengan memutuskan siapa mentor yang harus dipelajari kehidupannya, dan terus semakin besar, semakin besar level tanggung jawabnya sampai kita semua mampu mencapai sebuah titik dimana memimpin perubahan bagi diri sendiri adalah kebiasaan dan tidak sulit untuk terus berubah lebih baik dan lebih baik lagi.

Saya sungguh berharap kita semua belajar bahwa memimpin diri sendiri itu bisa dilakukan dan tidak sulit. Mari kita bersama-sama membangun generasi yang siap akan perubahan yang cepat saat ini, dengan tidak lupa melibatkan Tuhan dan sepenuhnya mengandalkan Dia.

Let us lead by examples! Blessings! 

Oleh Ps. Yohanes Kusika