WARISAN DIGITAL

Waktu Oma saya meninggal, warisan yang ditinggalkan berupa perhiasan emas dibungkus kain. Waktu Mama saya meninggal, warisan yang ditinggalkan bukan cuma perhiasan tapi juga kunci safe deposit dan deposito. Suatu hari nanti, ketika saya meninggal mungkin saya akan mewariskan bukan hanya kunci dan deposito tapi juga akun bank online, akun paypal/wise/payoneer/ovo/dana, akun jaringan sosial dan blog tempat saya mengunggah tulisan-tulisan saya. Jaman dulu, warisan bisa ditaruh di lemari besi atau dikubur tapi warisan jaman sekarang lebih beragam.

Umumnya, kita ga akan memperdulikan akun-akun online yang dimiliki seseorang ketika dia meninggal karena bagi kita itu bukan hal yang penting. Tapi, sebenarnya akun-akun yang dibiarkan begitu saja berpotensi merugikan keluarga yang ditinggalkan. Berikut ini resiko-resiko yang mungkin timbul berdasarkan jenis-jenis akun:

– Akun jaringan sosial: akun yang dibiarkan begitu saja berpotensi menjadi korban pencurian identitas. Di Amerika sendiri setiap tahunnya ada sekitar 2,5 juta data orang meninggal yang dicuri dan digunakan untuk mengajukan pinjaman. Data pribadi yang dicuri diambil dari akun sosial (nama, keluarga, foto dll). Akun-akun ini juga beresiko di-hack orang dan dipakai untuk meminta pinjaman/sumbangan ke kontak yang terdaftar di akun.

– Akun bank online: biasanya keuangan rumah tangga diatur oleh salah satu suami atau istri tapi ada juga yang diurus masing-masing. Akan lebih mudah untuk keluarga yang ditinggalkan jika ada catatan yang jelas bank mana saja yang digunakan beserta passwordnya.

– Akun pinjaman online: mungkin ada pinjaman yang belum lunas tapi akun tidak bisa diakses sementara denda terus bertambah dan telepon yang menagih berdering terus.

– Akun penyimpanan foto: biasanya foto yang kita ambil di hape akan langsung diunggah ke penyimpanan foto online, misalnya Google Photos, dan akan sulit untuk diunduh jika kita tidak punya passwordnya.

Intinya, warisan digital adalah memastikan keluarga yang ditinggalkan masih bisa mengakses akun-akun tersebut untuk ditutup/disimpan/dipindahkan. Tentu saja untuk mengakses akun-akun itu kita membutuhkan password dan mungkin hape/kartu SIM untuk menerima OTP. Paling tidak ada 3 pilihan tentang bagaimana menangani password pasangan; menggunakan password yang sama untuk suami dan istri, menggunakan password yang berbeda tapi suami dan istri tahu masing-masing password yang digunakan pasangannya, dan suami istri menggunakan password yang berbeda tapi masing-masing tidak tahu password yang digunakan pasangannya.

Untuk pilihan pertama menggunakan password yang sama sangat tidak dianjurkan karena jika 1 akun di-hack, semua akun suami/istri langsung terbuka. Saya pribadi menggunakan minimal 3 password yang berbeda-beda untuk akun bank/keuangan, akun  sosial dan akun pekerjaan. Untuk pilihan 2 & 3 ada perdebatannya sendiri mengenai berbagi password dengan pasangan. Bagi yang mendukung, berbagi password dengan pasangan adalah bentuk kepercayaan dan juga semacam penghalang untuk ga teman-tapi-mesra di jaringan sosial karena akunnya bisa diakses pasangannya. Bagi yang menentang, berbagi password adalah bentuk kontrol. Masing-masing merasa tidak punya privasi dan tidak bebas untuk curhat dengan teman di grup. Saya ga akan menganjurkan/mendukung pilihan 2 atau 3 karena tiap rumah tangga punya masalah, aturan main dan tingkat keintiman yang berbeda.

Untuk pilihan 2 ada beberapa cara berbagi password yang bisa digunakan.

1. Cara paling sederhana tentu saja dengan menuliskan akun masing-masing beserta passwordnya di kertas dan ditambahkan bilamana perlu. Tapi, tentu saja kertas beresiko rusak, hilang, atau dicorat-coret anak waktu papinya terkantuk-kantuk.

2. Catatan password diketik di komputer dan disimpan di harddisk. File digital tentu saja tidak bisa dicorat-coret tapi file digital beresiko di-copy pihak lain, laptop tempat menyimpan file dicuri atau hardisknya rusak dan file tidak bisa diakses.

3. Catatan password disimpan secara online di cloud, misalnya menggunakan Google Doc dimana masing-masing suami/istri punya hak edit dokumen untuk menambahkan akun/password baru. Resikonya jika akun Google di-hack, semua password yang tersimpan di sana juga terbuka lebar jadi pastikan password yang digunakan untuk akun Google Doc sangat sulit ditebak.

4. Menggunakan layanan password manager berbayar yang bisa diakses lebih dari 1 orang, misalnya Bitwarden.

Jangan lupa juga memastikan hape bisa diakses pasangan kita dengan memastikan pasangan kita tahu pin/pattern yang digunakan atau bisa juga dengan menambahkan sidik jari pasangan di pengaturan keamanan hape.

Untuk pilihan ke 3 juga ada beberapa cara:

  1. Beberapa akun sosial mempunyai pengaturan khusus untuk memberikan akses kepada orang lain yang sudah ditentukan jika akun tersebut tidak diakses dalam jangka waktu tertentu. Di facebook namanya Legacy Contact, di Google namanya Inactive Account Manager, Whatsapp akan otomatis menghapus akun yang tidak terkoneksi internet dalam 120 hari, Instagram dan Twitter menerima pengajuan penghapusan akun dengan menyertakan akte lahir dan surat kematian. Dengan begini, keluarga bisa menghapus akun-akun tersebut tanpa harus tahu password yang digunakan.
  2. Tidak semua akun menyediakan pengaturan khusus seperti no 1. Cara selanjutnya adalah menggunakan schedule email. Gmail menyediakan pengaturan untuk mengirim email pada tanggal yang ditentukan. Jadi, kita menulis email yang berisi daftar akun dan password dan kita pilih tanggal kirimnya, misalnya 2 minggu lagi. Jika kita masih hidup 2 minggu lagi, kita hapus schedule email tadi dan kita buat ulang untuk 2 minggu berikutnya dan seterusnya. Jika kita tiba-tiba meninggal, 2 minggu kemudian email akan otomatis terkirim karena tidak ada yang membatalkan dan keluarga kita akan menerima daftar password. Resikonya ya tentu saja kelupaan memperpanjang schedule email dan keluarga kita tiba-tiba saja menerima email “surat warisan” padahal kitanya masih hidup.
  3. Ada website-website yang menyediakan layanan “surat waris digital” dengan cara yang mirip seperti cara no 2, biasanya berbayar setiap bulan.

Terakhir, ada akun-akun tertentu yang mengharuskan keamanan tambahan selain password untuk login, biasanya berbentuk OTP (kode yang dikirim via SMS). Tidak semua orang meninggal dalam kondisi aman. Ada juga kondisi dimana hape yang dibawa mungkin hancur, hilang, rusak atau dicuri yang berarti walaupun keluarga tahu passwordnya tapi tanpa hape/kartu SIM untuk menerima OTP akses akan tetap terhalang. Kita bisa mengganti OTP (jika di-support) dengan security key berbentuk USB dimana untuk login kita harus memasukkan key tersebut ke port USB komputer. Key ini disimpan di rumah dan bisa digunakan keluarga bersama password yang diwariskan. Ada beberapa key yang tersedia di pasaran, misalnya Yubikey, Google Titan dan DIY key OpenSK.

Oleh Ming Fat