Menurut wikipedia, Blindspot adalah daerah visual di otak yang tidak mendapatkan informasi dari mata, yakni daerah yang berhubungan dengan kurangnya deteksi cahaya dari sel fotoreseptor dimana saraf optik melewati cakram optik pada retina maka ada bagian dari bidang visi yang tidak terlihat.
Singkatnya adalah titik buta atau pandangan yang terhalang atau tidak mendapatkan informasi yang cukup oleh mata sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Istilah ini juga dipakai waktu mengendarai kendaraan. Bahkan menurut hasil penelitian, bahwa 60% kecelakaan yang terjadi dikarenakan blind spot atau tidak bisa melihat karena keterbatasan mata atau terhalang. Kita tidak bisa menghilangkan blind spot, tapi kita bisa menguranginya agar bisa mengatasi keterbatasan penglihatan.
Spiritual Blindspot juga bisa terjadi. Tanpa sadar banyak orang percaya mengalami namanya blind spot atau titik buta ini dan bahkan hidup di dalamnya terus-menerus. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita di kitab Matius 7:3 dengan mengingatkan bahwa, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Seringkali kita lebih berfokus kepada titik buta orang lain, padahal seharusnya kita lebih memperhatikan titik buta atau blindspot kita sendiri. Ada beberapa penyebab spiritual blindspot yang saya sebut dengan 4P yaitu:
Yang pertama adalah Pride, memiliki pride atau kebanggaan atau rasa puas atas pencapaian yang didapatkan adalah normal, namun jika tidak berhati-hati akan menjadi keangkuhan. Dari keangkuhan inilah yang bisa menyebabkan kita tidak bisa melihat segala sesuatunya dengan benar. Keangkuhan menyebabkan orang tidak mau mendengarkan nasehat, merasa dirinya benar, dan merasa tahu segala sesuatu.
Amsal 13:10 katakan bahwa “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat.” serta Amsal 16:18 memberikan peringatan bahwa kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
Saya rasa kita perlu berhati-hati dengan namanya pride, jangan sampai menjadi keangkuhan yang membawa kejatuhan dan kehancuran dalam hidup kita. Di dalam alkitab, kita melihat kisah Daud yang merasa tidak perlu ikut berperang dan tinggal di istananya sendiri dan dimana akhirnya ia jatuh dalam dosa. Jangan izinkan pride menghancurkan hidup anda, tetapi izinkan Allah membangun hidup anda.
Yang kedua adalah Power, kuasa atau kekuasan untuk menguasai atau mendominasi. Tentu Allah memberikan kita kuasa dan otoritasNya kepada kita dengan tujuan agar segala sesuatunya dipergunakan untuk kemuliaanNya (Kejadian 1:28). Namun ketika kita dipercayakan dan diberikan otoritas atau bahkan promosi, apakah kita masih membuka diri kita untuk menerima masukkan dan tidak menutup diri hanya untuk menjaga wibawa?
Atau mungkin saja demi ingin memiliki kekuasaan atau posisi tertentu, kita menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Menurut research dari Arch Profile, ditemukan 62% dari sampel yang mereka dapatkan, bahwa dengan memiliki kuasa atau berada dalam posisi memiliki otoritas akan meningkatkan taraf hidup mereka. Dan juga mereka menyimpulkan bahwa sebanyak 81% dari sampel mereka berpendapat dengan berada dalam posisi memiliki kuasa akan membantu mereka mendapat rasa hormat dari orang lain. Hal-hal inilah yang membutakan dan menghalangi seseorang untuk bisa memimpin dengan penuh inspirasi.
The Measure Of A Man Is What He Does With Power
Plato
Saul, ketika diangkat menjadi raja, ia merasa berhak menggunakan kekuasaan dan tidak merasa perlu menunggu atau menerima masukkan dari yang lain bahkan dari nabi Samuel sekalipun. Dan sangatlah tidak heran jika kepemimpinannya tidak berlangsung lama.
Yang ketiga yaitu Problems, saya yakin semua orang tidak terlepas dari namanya masalah. Akan tetapi seringkali masalah menghalangi orang percaya untuk melihat solusi yang Tuhan sediakan karena terus berfokus pada masalah tersebut. Pandangan kita bisa tertutup karena mata kita hanya melihat besarnya masalah dan bukan Tuhan yang besar.
A Problem Is Only As Big As You Make It
Di Amsal 3:5-6 dengan jelas mengatakan, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Kebutaan rohani terjadi disaat tidak bisa melihat apa yang sedang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita. Jangan izinkan masalah yang besar menguasai anda tapi izinkan Tuhan yang besar menguasai masalah anda.
Dan yang keempat adalah Psychological Disorders atau disebut gangguan psikologis atau gangguan mental yang bisa menjadi spiritual blindspot orang percaya. Dan gangguan psikologis ini bisa saja berupa kekuatiran, ketakutan atau berbagai phobia, stress, depresi, post-trauma, atau bahkan hal-hal pernah terjadi di masa lalu yang membekas dan belum diselesaikan, dan masih banyak penyebab lainnya.
Keadaan seperti inilah yang sering membuat orang mengalami kebutaan secara rohani atau tidak bisa melihat ke depan dan selalu berada dalam lingkaran masa lalu. Jika anda mengalami ini, saya mengajak anda untuk keluar dari lingkaran masa lalu, atau depresi, trauma, dsb, agar anda bisa menikmati semua yang baik yang Tuhan telah sediakan untuk anda.
Karena itu, untuk menghindari kecelakaan waktu berkendaraan, kita harus keluar dari zona nyaman kita untuk menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal yang sama bagi kita sebagai orang percaya, jika kita ingin mengurangi spiritual blindspot dalam hidup kita, maka kita perlu bergerak dari Comfort Zone ke Fear Zone, dari Fear Zone menuju Learning Zone dan dari Learning Zone menuju Growth Zone.
Mari bertumbuh bersama dengan dimulai keluar dari Comfort Zone kita.
Oleh Ps Jonathan Kasmin